BWI24JAM.CO.ID, Banyuwangi - Petik laut merupakan upacara tahunan yang diadakan oleh masyarakat terutama nelayan Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 1901 menurut Ketua Penyelenggara Petik Laut 2016 yaitu H. M. Hasan Basri.
Wilayah Muncar sendiri memiliki jarak kurang lebih 30 kilometer dari Banyuwangi Kota. Upacara petik laut biasanya di adakan pada tanggal 15 muharam/suro dalam kalender Jawa.
Petik Laut sendiri memiliki tujuan utama, yaitu sebagai perwujudan rasa sukur atas hasil tangkap ikan yang berlimpah dan berharap untuk mendapatkan perlindungan serta keselamatan dari marabahaya.
Prosesi berjalanya Petik Laut dimulai dengan persiapan sesaji oleh nelayan yang mempersiapkan perahu-perahu kecil, acara ini mencakup serangkaian kegiatan selama tiga hari. Hari pertama dimulai dengan pengajian di Masjid, sementara hari-hari berikutnya diisi dengan membaca Al-Qur'an dan acara pemberian sesaji ke laut.
Sebelum sesaji dilepas, tarian tradisional gandrung dari masyarakat using ditampilkan sebagai bagian dari upacara. Puncak acara terjadi pada bulan purnama, dengan mempersembahkan sesaji dalam sebuah perahu kecil yang dikawal menuju lokasi upacara, sering kali dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari pemerintahan dan masyarakat setempat.
Ketika membicarakan Upacara Petik Laut di Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, adalah tradisi yang mencerminkan ketujuh unsur kebudayaan yang disebutkan oleh Clyde Kluckhohn.
Dalam hal sistem religi dan kepercayaan, Petik Laut adalah ritual yang dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah dan untuk memohon keselamatan serta keberkahan dalam mencari nafkah di laut. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan spiritual dan alam.
Dalam sistem dan organisasi sosial, upacara ini melibatkan seluruh masyarakat nelayan di Muncar, menunjukkan adanya kerjasama dan solidaritas sosial. Struktur masyarakat yang terlibat dalam upacara ini mencakup pemimpin adat, nelayan, dan anggota masyarakat lainnya.
Sistem pengetahuan dalam masyarakat ini mencakup pengetahuan tradisional tentang cara melakukan ritual, termasuk waktu yang tepat, tahapan upacara, dan makna simbolis dari setiap tindakan yang dilakukan selama upacara. Dalam sistem ekonomi, kehidupan masyarakat Muncar sangat bergantung pada laut.
Petik Laut adalah bentuk rasa syukur atas sumber penghidupan utama mereka, yaitu hasil tangkapan ikan. Upacara ini juga bisa menarik wisatawan, yang dapat memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
Sistem peralatan hidup dan teknologi dalam upacara ini melibatkan penggunaan perahu-perahu yang dihias dengan berbagai ornamen dan alat-alat tradisional lainnya, mencerminkan teknologi dan peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai nelayan.
Bahasa yang digunakan dalam upacara ini adalah bahasa daerah setempat, termasuk doa-doa, nyanyian, dan pidato yang disampaikan oleh pemimpin adat dan tokoh masyarakat, menunjukkan kekayaan linguistik masyarakat Muncar. Petik Laut juga melibatkan berbagai bentuk kesenian tradisional, seperti musik, tarian, dan hiasan perahu.
Semua ini adalah bagian dari ekspresi budaya dan seni masyarakat setempat yang memperkaya upacara ini. Tradisi petik laut, jika dilihat menggunakan kacamata semiotika, memiliki nilai dan simbolnya yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah serta untuk memohon keselamatan saat berlayar dan hasil tangkap ikan yang melimpah.
Ketika petik laut memiliki nilai yang sangat baik, namun realitas yang menimpa lautan sangatlah mengerikan, dikarenakan Kondisi lautan di Muncar, Banyuwangi, masih tercemar oleh sampah dan limbah.
Sampah yang bercampur dengan sampah organik telah menggunung di pesisir pantai, membuat situasi yang sangat parah bagi para nelayan yang kesulitan mencari ikan karena sampah yang menumpuk.
Sampah plastik dan jenis sampah lainnya yang berasal dari kegiatan manusia dan industri di sekitar wilayah laut menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut dan kesehatan manusia. Limbah industri pengolahan juga telah mempengaruhi kualitas lingkungan di Kecamatan Muncar.
Maka dari itu dapat diasumsikan pesan atau nilai yang terkandung di dalam tradisi Petik Laut tidak tersampaikan atau tertanam kepada masyarakat kecamatan muncar terkhusus pesisir Pelabuhan Muncar.
Oleh karenanya, selain mengadakan tradisi, Muncar alangkah baiknya jikalau pemerintah kabupaten Banyuwangi memberi edukasi dan pemberitahuan akan nilai yang terkandung didalam tradisi Petik Laut, dikarenakan jikalau tertanam nilai dari tradisi petik laut, mungkin secara tidak langsung dapat menyelesaikan permasalahan sampah dan limbah di Pelabuhan Muncar. (*)
*Madjid Fahdul Bahar